Senin, 04 Februari 2008

Virtual Library in SMKN 1 Pungging

SMKN 1 Pungging have made the new inovation. After the the International Schoold Standart have been gotten, now the school that is popular as SMK Habibie, is lounching the virtual library.
"It is the information technology era. As international school, we have to be suitable with the technology of information," the director of Library Mulyoto, S.Pd, M.Si said.
He told, in this library student can acces the learning matter from some teachers. Beside that, they can online in internet. It is hope, the students have the several sourse of learning. Not only the teacher, but also the internet.
Because the number of computer is finited, each student only have one hour in one day. "We have ten computers in the library. Tomorrow, we will add the computer so that can serve student more," Mulyoto said.

Saya Ingin Jadi Novelis Terkenal

Beberapa waktu lalu saya diminta mengisi kegiatan KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto. Sekolah ini termasuk sekolah SBI (sekolah bertaraf internasional). Menurut, Bapak Mulib, S.Pd, direktur SBI SMP Negeri 1 Kota Mojokerto, para siswa peserta KIR ini adalah siswa pilihan. Mereka adalah siswa yang secara intelektual dan semangat belajar relatif tinggi. Maka, saya pun menyambut antusiasme mereka dengan semangat pula.
Dalam bayangan saya, namanya KIR kan emang lebih banyak diarahkan untuk membuat karya tulis ilmiah. Saya sudah berancang-ancang bikin materi tentang teknik pembuatan karya tulis ilmiah bagi remaja, dan rencananya materi ini akan saya kirim ke penerbit.
Dalam pertemuan pertama, seperti biasa, saya melakukan provokasi untuk menyulut semangat menulis kepada mereka. Ini saya awali dulu dengan melakukan tanya jawab. Pertanyaannya, apa ya motif mereka ikut kegiatan KIR?
Jawaban mereka macam-macam. Malah, sebagian besar justru ingin bisa menulis tidak saja karya tulis ilmiah, tapi juga menulis puisi, cerpen, artikel, dam lain-lain. "Saya ingin menjadi seorang novelis yang terkenal," kata salah seorang anak.
Gimana lagi? Ternyata keinginan menulis mereka memang beragam. Dan ini, hemat saya tidak boleh dimatikan. Prinsip saya, biarlah potensi mereka berkembang. Jangan dimatikan dengan memaksakan jenis tulisan tertentu. Maka, akhirnya kegiatan KIR ini menjadi diperluas menjadi kegiatan kepenulisan, dan siswa memiliki kebebasan untuk mengembangan potensinya masing-masing.
Acara siang itu kemudian saya tutup dengan sebuah komitmen bersama untuk selalu bersemangat mnuli. Menulis, menulis dan menulis. Paktik, praktik, dan praktik! Setuju?
"Setuju!" jawab mereka serempak. Meski dengan suara yang tidak terlalu kencang. Maklum saat itu pukul 14.00 siang hari. Sejak pagi mereka mengikuti pelajaran. Tentu energi mereka telah terkuras sepanjang pagi hingga siang ini.