Jumat, 18 Juli 2008

Menulis, Untuk Apa?

Ada orang yang pinter menulis. Ada yang tidak. Jangankan menulis artikel atau cerpen, menulis diary saja macet. Kok bisa, ya?

Menurut saya, orang trampil menulis atau tidak, semua tergantung latihan. Kalau mau berlatih, pasti menulis menjadi kegiatan yang gampang. Tapi kalau gak mau berlatih, gak mau mencoba praktik, ya selamanya menulis hanya menjadi cita-cita dan angan-angan belaka.

Dari pengalaman sich, motivasi sangat penting bagi seorang penulis. Mau jadi penulis, apa motivasimu? Seberapa kuat motivasi itu?

Kalau saya terus terang, motivasi dalam menulis adalah untuk mendapat uang. Saya sebenarnya kurang berbakat menjadi penulis. Suatu hari saya membaca majalah, dan pada ruang pembaca ada tanya jawab soal honor tulisan di majalah itu. Saya baru tahu, kalau majalah itu menerima tulisan dari pembaca dan ada honor bagi penulis yang tulisannya dimuat. Pikir saya, berarti saya bisa cari uang dari menulis.

Saat itu, saya masih SMA kelas I. Saya anak petani dan merasa kurang cakap menjadi petani. Jujur, fisik saya tidak kayak ayah saya yang kuat. Saya juga tidak seperti kakak saya yang trampil bekerja. Saya gampang sakit kalau kena panas terik di sawah yang terbentang. Jadi, bayangan saya, kalau saya bisa cari uang dari menulis, saya bisa tunjukkan bahwa untuk bisa hidup tidak harus dengan bekerja menggunakan otot. Pakai otak juga bisa.

Maka, sejak itu saya menjadi tekun membaca berbagai majalah. Saya pelajari secara langsung, kayak apa sih, artikel dan cerpen yang dimuat. Dari belajar secara otodidak, akhirnya beberapa tulisan saya kirim juga. Berkali-kali tidak ada kabarnya.

Hingga suatu saat, semua kelelahan, semua penat, semua rasa putus asa, seolah sirna ketika tulisan pertama saya dimuat. Benar, dapat uang. Saat itu, tahun 1988, honor sebuah artikel di majalah terbitan ibukota sebesar Rp 25.000. Suatu jumlah yang sangat fantastis. Perbandingannya, upah ayah saya kalau disuruh orang mencangkul sawah, satu hari R 1500.

Dan yang lebih penting, ternyata bukan saja soal uang yang membuat saya tambah semangat. Ada kebahagiaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Benar, bahagia sekali rasanya. Serasa seperti bermimpi saja.

Dan ajaib, dengan semangat yang tinggi, akhirnya saya mempunyai keberanian untuk kuliah. Nanti, saat kuliah, saya akan membiayai hidup dan kuliah di Malang dengan menjadi penulis. itulah tekad saya. Sebuah tekad yang kalau saya kenang sekarang merupakan sebuah keajaiban. Kadang, terasa mustahil bahwa saya akhirnya bisa selesai kuliah, kini jadi guru, bahkan baru saja menyelesaikan S2. Semua ini berangkat dari sebuah tekad yang muncul karena saya akan menjadi penulis.

Alhamdulillah, saat menjadi guru, semangat saya masih terus menyala. Baik menulis di Kompas, menulis buku, maupun menulis di weblog ini. Saya menulis dengan motivasi yang lebih kuat. selain untuk uang, ya untuk kepuasan. Rasanya plong, kalau uneg-uneg sudah tersalurkan.

Bagaimana pendapat Anda?